Oleh: Indar Cahyanto
Guru dan Pengurus APKS Provinsi DKI Jakarta
Madrasah Ramadhan yang akan membersamai kehidupan beberapa hari ke depan perlu dipersiapakan dengan baik. Momentum hadirnya bulan suci Ramadhan bagian refleksi latihan dan pengembangan diri menuju manusia yang bertaqwa.
Marhaban Ya Ramadhan. Menanti bulan suci Ramadhan yang penuh syarat makna karena masih dalam suasana pandemi Covid-19 yang belum usai. Kehidupan pun berubah 180 derajat dari kebiasaan kehidupan sebelumnya. Perubahan ini mengubah cara pandang masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19. Pandemi yang terjadi sangat memberikan dampak mendalam bagi kehidupan masyarakat.
Tidak sedikit masyarakat yang terpapar Covid-19, dan begitu pula yang wafat karena terpapar virus Covid-19. Dari Maret 2020 hingga saat ini di awal tahun 2022 kondisi pandemi masih belum usai, bahkan masih banyak masyarakat yang terpapar Covid-19, walaupun pemerintah sudah melakukan berbagai upaya menanggulangi pandemi Covid-19. Masyarakat juga tentunya sudah ikhtiar dengan menerapkan protokol kesehatan (Prokes), namun semuanya dikembalikan kepada yang mengatur kehidupan, Allah SWT.
Bagi umat muslim, pandemi merupakan takdir dan ketentuan yang sudah digariskan sang maha pencipta kehidupan dan kematian, Allah SWT. Sebagai umat-Nya kita wajib berprasangka baik dengan adanya pandemi Covid-19. Ujian dan cobaan merupakan cerminan kasih sayang Allah SWT kepada hambaNya. Apakah dengan adanya pandemic, kualitas keimanan ada peningkatan atau tidak dalam diri umat muslim. Atau malah kebalikannya, kualitas keimanan kita makin berkurang. Tolok ukur keimanan ketika kita menghadapi pandemi, dimana ada rasa dalam perjalanan ruhani kita semakin baik dan terjaga menjalani setiap ritual ibadah, baik kepada Allah SWT, maupun ke sesama manusia. Pandemi Covid-19 dihadapi dengan rasa syukur dan tidak kufur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Rasa ikhlas menghadapi pandemi memberikan proses peningkatan imun yang baik juga.
Firman Allah yang artinya: “Katakanlah: Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus : 58).
Perjalanan ruhani kita akan kembali terbina beberapa hari lagi dengan datangnya bulan suci Ramadhan. Bulan Ramadhan yang dengan penuh rahmat dan ampunan dari Allah SWT akan hadir membersamai kehidupan kita sebagai umat muslim. Rasa bahagia dan senang akan kehadiran bulan suci Ramadhan merupakan bagian dari refleksi keimanan dan kepatuhan kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT menjelaskan: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al Baqarah/2: 183).
Gembira dengan rasa syukur kepada Allah SWT akan hadir bulan suci Ramadhan, menyukuri umur yang panjang masih bisa bertemu dengan bulan pengampunan dosa. Syukur masih bisa belajar di madrasah kehidupan pembinaan karakter yang mentornya langsung dari Allah SWT. Rasa syukur dengan rasa gembira ini akan kita lewati bersama dengan datangnya bulan suci Ramadhan tentunya atas izin dan kehendak dari Allah SWT.
Datangnya bulan suci kita mencoba memahami konteks surat Al Ashr yang memiliki signifikansi dalam pembelajaran kehidupan kita sehari-hari. Secara teka surat Al Ashr berbicara mengenai waktu dan beramal sholeh dengan saling menasehati. Artinya, ketika ada musibah ada rasa empati dan simpati kepada sesama yang saling membutuhkan, dan dijadikan pelajaran dan hikmat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Allah SWT berfirman, yang artinya: 1. Demi Masa, 2. Sungguh manusia berada dalam kerugian, 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran (QS. Al ‘Ashr: 1-3).
Kita memahami perjalanan waktu di tahun ini dengan mendekatnya bulan Suci Ramadhan dan memahami akan sisi usia kita dalam giat kehidupan di dunia. Ketika menghadapi kehidupan dalam perjalanan waktu yang terus datang dan berkesinambungan perlua adanya kesadaran waktu “Al-Ashr” tentang hakikat hidup meruang dan mewaktu yang akan berujung kerugian jika tanpa iman, amal shaleh, dan saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Oleh karena itu maka perlu refleksi diri penyadaran akan hakikat pelaksanaan kegiatan ibadah kepada Allah SWT.
Kesadaran ini yang ditampakkan oleh perilaku hidup kita sehari-hari. Sadar dengan keterbatasan, sadar dengan banyaknya harta atau sadar dengan ilmu yang kita punya. Semuanya apakah untuk pamer semata, atau memang untuk meningkatkan taqwa kepada Allah. Jangan sampai kita menjadi sombong dalam menata kehidupan kita sehari-hari. Karena kesombangan dalam kehidupan akan menghancurkan pola berfikir dan bertindak sehari-hari
Kesadaran dalam Al-Ashr dapat dijadikan energi ruhaniah bagi elit dan warga bangsa Indonesia yang mayoritas muslim. Jadikan kesadaran Al-Ashr sebagai ruhani pencerah diri setiap manusia Indonesia, apa pun posisi dan peran status yang dimainkan dalam irama kehidupan. Rasa kesadaran tertinggi itu akan hakikat kehidupan yang dijalaninya bersama di negeri Indonesia yang berbhineka tunggal ika dengan pijakan iman dan amal shaleh disertai kekuatan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Momentum pandemi dan akan hadirnya bulan suci Ramadhan kita wujudkan gerakan Al Ashr sebagai rangkaian membangun gerakan baru dan peradaban baru di new normal pandemi. Dibutuhkan tekad dari seluruh komponen bangsa menggerakkan spirit Al-Ashr ke tengah-tengah kehidupan masyarakat. Tekad bersama untuk membangun simpul-simpul kebhinekaan yang saling menasehati dan saling menghormati serta toleransi sikap kemajemukan. Hal ini memberikan suatu signifikansi gerakan Al-Ashr dijadikan pola atau bentuk gerakan baru dalam kehidupan masyarakat yang tanpa skat dan jarak.
Menanti bulan suci Ramadhan dengan membangun ruang gerakan Al-Ashr perlu diwujudkan dengan penuh keyakinan secara bersama-sama. Belajar dari pengalaman mengahadapi Covid-19 selama dua tahun ini. Model gerakan Al-Ashr sendiri telah dicontohkan oleh KH Ahmad Dahlan melalui berdirinya gerakan Muhammadiyah.
Dalam sejarahnya, seperti yang diajarkan oleh KH Ahmad Dahlan sang pendiri Muhammdiyah bahkan mengajarkan Surat Al-Ashr selama 6-8 bulan kepada para muridnya sampai paham hakikatnya, dan mengamalkannya untuk pencerahan hidup, yang pada akhirnya Muhammadiyah hadir memberikan kontribusi yang nyata bagi masyarakat Indonesia dengan hadirnya sekolah Muhammadiyah dari tingkat PAUD hingga Perguruan Tinggi, Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Panti Sosial, dan lembaga lain yang terstruktur dan terkelola dengan baik dalam rumah besar, Muhammadiyah.
Jelang bulan suci Ramadhan, dan menghadapi kehidupan di dunia untuk merajut sejarah peradaban umat manusia dalam dimensi ruang dan waktu, gerakan Al-Ashr memberikan empat prasyarat. Pertama, iman (alladhina amanu) dapat dimaknai paradigma tauhid sebagai intisari peradaban Islam. Kedua, pelembagaan amal shaleh (wa `amilu al-salihah) sebagai kerja-kerja pembangunan peradaban. Ketiga, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sebagai manifestasi dari tawashaw bi al-haqq. Kebenaran, al-haq, dipahami dalam konteks kebenaran relatif, yakni kebenaran IPTEK yang dapat terus dikembangkan seuai kemajuan zaman. Keempat, moralitas utama yang dipahami dari penggalan tawashaw bi al-shabr.
Gerakan Al Ashr dalam menyambut bulan suci Ramadhan dan kehidupan di dunia yang diurai di atas secara implisit dengan pendekatan penguatan ilmu pengetahuan. Salah satu cara kita agar penguatan mengetahui ilmu tentang ibadah dan ilmu lainnya sebagaimana yang diiisyaratkan diatas adalah dengan mempelajarinya dan bertanya kepada ahli ilmu. Jangan sampai apabila kita tidak mengetahui tentang sesuatu, kemudian kita malah menyimpulkan hukum sendiri sehingga kita terjatuh dalam kesalahan. Allah SWT berfirman, “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43).
Madrasah Ramadhan yang akan membersamai kehidupan beberapa hari ke depan perlu dipersiapakan dengan baik. Momentum hadirnya bulan suci Ramadhan bagian refleksi latihan dan pengembangan diri menuju manusia yang bertaqwa. Manusia yang taqwa merupakan karakter pembentukan pribadi yang paling tinggi derajatnya dalam Islam. Sehingga manusia yang bertaqwa dapat menjalani simpul-simpul keyakinan yang dapat dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Ada beberapa hal dalam menghadapi bulan suci Ramadhan yang perlu kita pahami bersama, sehingga ketika dalam pelaksanaan ibadah Ramadhan memiliki makna yang mendalam. Karena ibadah shaum Ramadhan pada saat ini masih menghadapi pandemi. Kita bisa belajar dari pemikiran KH Ahmad Dahlan ketika awal mendirikan gerakan Muhammadiyah, dan itu bisa kita implementasikan ketika kita melaksanakan ibadah di bulam suci Ramadhan dan kehidupan setelah bulan suci Ramadhan.
Menurut Sukriyanto AR, maksud KH Dahlan mengadakan pengajian Al-’Ashr, sekolah kader al-’Ashr dan mengulang-ulang surah al-’Ashr adalah pertama, agar murid-muridnya memiliki kesadaran akan waktu, menggunakan waktu secara baik, efektif, dan efesien, serta selalu disiplin tepat waktu. Kedua, agar murid-muridnya memiliki kesadaran iman, memiliki iman yang kuat sehingga hidupnya merdeka dan terarah. Ketiga, agar murid-muridnya berlomba-lomba dalam kebaikan dengan mengisi waktu dengan amal salih. Keempat, agar murid-muridnya memiliki kepekaan sosial dan tanggung jawab yang tinggi, sehingga tidak melakukan pembiaran penyimpangan sosial, tetapi memiliki panggilan hati untuk bertausyiah tentang kebenaran dengan penuh kesabaran sikap inter subjektif-inklusif. Kelima, Kiai Dahlan mendirikan sekolah wal-’Ashri dipimpin oleh KRH Hadjid, murid termuda Kiai Dahlan berharap agar murid-muridnya suka mengisi waktu untuk belajar agar mereka menjadi pandai, visioner, berpikiran maju serta bekerja keras. Karena waktu selalu bergerak maju, berjalan kedepan, kalau tidak diisi dengan amal salih, kita akan kehilangan peluang. Keenam, agar murid-muridnya meninggalkan hal-hal yang tiada manfaat, tidak suka ngarasani (menggunjing) dan saling mencela. Akan tetapi, mengisi waktu dengan amal salih, yaitu amalan yang dilandasi dengan ilmu pengetahuan. Kiai Dahlan memberikan contoh dengan mengamalkan surah al-Ma’un.
Enam hal di atas bisa kita laksanakan dalam menghadapi bulan suci Ramadhan nanti dengan memanfaatkan waktu untuk beribadah wajib dan sunnah dengan mendirikan sholat tepat waktu, dan mendirikan sholat sunnah. Kemudian untuk menjaga lisan sikap dan perbuatan yang tidak menggunjing orang lain, serta lebih banyak mempelajari dan mendalami ilmu agama dan ilmu yang lain dengan jalan berliterasi memperbaiki diksi menambah khasanah keilmuaan.
Esensial yang patut kita pahami untuk selalu belajar memperbaiki diri dan menjaga lisan kita dari hal-hal yang merugikan diri dan orang lain. Belajar sepanjang hayat merupakan konsep yang diajarkan oleh Allah SWT dan Nabi dan Rosul Muhammad SAW. Belajar untuk menghadapi madrasah Ramadhan di tahun ini karena kita tidak tahu sampai kapan kehidupan yang kita jalani, dan kita belajar menghadapi kematian yang kita hadapi nantinya. Urusan kematian, rizki dan jodoh Semuanya rahasia dari Allah SWT pengatur alam dan jagad raya, dan kita manusia hanya menjalankan amanah kehidupan taat kepada Allah dan RosulNya.
Semoga di tahun ini kita dapat dipertemukan Ramadhan yang penuh berkah dan ampunan dari Allah SWT. Kita menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat dengan predikat manusia yang bertaqwa kepada Allah. Marhaban Ya Sahrur Ramadhan, Marhaban Sharur Shiyami.