Problematika Santri Pondok Pesantren dalam Penerapan Kosakata Bahasa Arab di Lingkungan Asrama


Oleh Dinda Rachma Juita

Lingkungan non-arabic friendly, dimana asrama pondok pesantren seringkali menjadi lingkungan yang kurang mendukung dalam penggunaan bahasa arab dalam kehidupan sehari-hari.

Artikel ini menjelaskan tentang problematika santri pondok pesantren Husnul Khotimah terhadap penerapan kosakata bahasa arab dalam kehidupan sehari-hari di asrama, khususnya pada penerapan dalam kemampuan berbicara (maharotul kalam). Padahal para pengajar bahasa arab di Pondok Pesantren Husnul Khotimah memiliki spesifikasi kemampuan bahasa arab secara profesional di bidangnya.

Artikel ini ditulis bertujuan untuk mengetahui problematika yang dialami para santri beserta solusinya sehingga mereka mampu menerapkan bahasa arab dalam kehidupan sehari-hari di asrama.

Sebagai pendahuluan, Pondok Pesantren Husnul Khotimah adalah salah satu pesantren modern seperti kebanyakan pesantren lainnya di Indonesia. Pondok Pesantren Husnul Khotimah sebagai lembaga pendidikan islam yang berbasiskan dakwah dan tarbiyah tentunya memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan keilmuan santri.

Salah satu aspek krusial dalam pendidikan di Pondok Pesantren Husnul Khotimah adalah penguasaan bahasa arab pada kemampuan berbicara (maharotul kalam) yang merupakan kunci utama dalam memahami dan mengamalkan ajaran islam secara lebih mendalam. Meskipun demikian, terdapat sejumlah problematika yang dihadapi oleh para santri terkait penggunaan kosakata bahasa arab dalam kehidupan mereka di asrama.

Hasil pembahasan antara lain kurangnya praktek penggunaan bahasa arab. Salah satu masalah utama yang dihadapi santri di Pondok Pesantren Husnul Khotimah adalah kurangnya praktek penggunaan bahasa arab dalam kehidupan sehari-hari, meskipun mereka mendapatkan pelajaran bahasa arab di kelas. Namun, ketika berinteraksi antar sesama bahasa arab seringkali tergantikan oleh bahasa Indonesia atau bahasa daerah.

Hal ini disebabkan karena kurangnya pemberian mufrodat, sehingga membuat santri kurang mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan berbicara (maharotul kalam), karena santri lebih sering menggunakan bahasa indonesia atau bahasa daerah masing-masing.

Lingkungan non-arabic friendly, dimana asrama pondok pesantren seringkali menjadi lingkungan yang kurang mendukung dalam penggunaan bahasa arab dalam kehidupan sehari-hari. Terutama ketika santri berinteraksi antar sesama, bahasa arab tidak selalu menjadi pilihan utama, dan menyebabkan adanya kecenderungan untuk menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah sehingga para santri tidak terbiasa dan tidak percaya diri dalam menggunakan bahasa arab.

Kurangnya kesadaran santri dalam menerapkan kosakata dalam kehidupan sehari-hari perlu adanya kesadaran bagi para santri untuk menerapkan kosakata bahasa arab dalam kehidupan sehari-hari di asrama. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan berbicara (maharotul kalam) bagi para santri, terutama saat praktek muhadhoroh atau ujian mufrodat (kosakata). Menguasai bahasa asing membuat kita tidak mudah terkena tipu daya oleh bangsa lain, oleh karena itu perlu adanya kesadaran untuk menguasai bahasa  asing, terutama bahasa arab.

Selanjutnya kurang tegasnya pengurus dalam menegakkan aturan berbahasa arab.Tidak tegasnya pengurus terhadap pemberian sanksi kepada santri yang melanggar, seperti tidak berani memasukkan teman sebaya ke dalam mahkamah bahasa dan salah sasaran, seringkali santri yang masuk ke dalam mahkamah bukanlah santri yang tidak berbahasa melainkan santri yang berkata kasar dan adik-adik kelas yang belum begitu paham dengan kosakata yang diberikan.

Penyelesaian peoblematik antara lain:

  1. Pengembangan metode pembelajaran bahasa arab yang lebih praktis dan terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari santri.
  2. Mendorong penggunaan bahasa arab dalam komunikasi sehari-hari. Guru, Wali asrama, dan Pengurus bidang bahasa perlu menegaskan dan mendorong santri untuk menggunakan bahasa arab dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya saat istirahat atau saat bertemu dengan anggota bidang bahasa.
  3. Munumbuhkan kesadaran untuk menguasai bahasa arab dari kosakata-kosakata yang telah diberikan dengan cara menggunakan kosakata saat beraktivitas di pondok.
  4. Membangun lingkungan asrama yang mendukung, oleh karena itu perlu diciptakanya asrama yang mendukung penggunaan bahasa arab secara aktif. Karena santri Pondok Pesantren Husnul Khotimah menggunakan bahasa arab atau bahasa Inggris hanaya ketika meminta sesuatu dari kantor asrama.

Sebagai kesimpulan, problematika santri Pondok Pesantren Husnul Khotimah terhadap penerapan kosakata bahasa arab dalam kehidupan sehari-hari di asrama melibatkan sejumlah aspek, dengan solusi yang tepat seperti pengembangan metode pembelajaran yang lebih praktis, mendorong penggunaan bahasa arab dalam komunikasi sehari-hari, menumbuhkan kesadaran untuk menguasai bahasa arab, dan penegasan pengurus terhadap aturan yang ditegakkan.

By Tim Redaksi

Tinggalkan Balasan

Berita Menarik Lainnya