Pengaruh Terapi Bekam Bagi Penderita Hipertensi


Oleh Zihan Fuzi Lestari
Mahasiswa Akademi Keperawatan Bina Insan Jakarta

Menurut World Health Organization (WHO) hiprtensi adalah kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik >140 mmHg atau tekanan darah diastolic >90 mmHg).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah tinggi lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (InfoDATIN, Kemenkes RI).

Berdasarkan data yang dirilis oleh WHO pada tahun 2021, diperkirakan 1,28 miliar orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi. Sebagian besar kasus berasal dari negara berkembang termasuk Indonesia angka kejadian hipertensi pada tahun 2020 adalah 39,9% (Mills, stefanescu and He 2020; et al., 2021).

Presentase dalam 3 tahun terakhir dari tahun 2019 sampai 2021 penderita hipertensi di Jawa Barat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Total penderita hipertensi 4.607.116 (10,39%) dengan nilai rata rata setiap tahunnya mencapai 4.184.500,67. Nilai tertinggi terdapat di Kabupaten Bogor dengan penderita mencapai jumlah 986.323 jiwa. Sementara itu nilai terendah ada di Kota Banjar dengan penderita 27.776 jiwa, dengan jumlah penderita hipertensi berusia >15 tahun berdasarkan kabupaten/kota di Jawa barat (Dinkes Jawa Barat).

Pengobatan hipertensi menggunakan terapi komplementer akhir-akhir ini berkembang dan menjadi sorotan diberbagai negara. Beberapa pengobatan komplementer yang telah  ditemukan untuk membantu menrunkan tekanan darah diantaranya dengan tanaman tradisional, akupuntur, akupressur, bekam, dan lain lain.

Pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan farmakologi maupun nonfarmakologi. Pengobatan farmakologi dapat dilakukan dengan cara pemberian diuretiktiazide, penghambat adrenergic, angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor), angiotensin-II-blocker, antagonis kalsium, dan vasodilator. Pengobatan non farmakologis bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi, salah satunya yaitu terapi bekam (Sardaniah, 2020).

Bekam merupakan salah satu metode penyembuhan memakai fasilitas gelas, tabung, ataupun bambu yang prosesnya dimulai dengan pengekopan (membuat tekanan negatif dalam gelas tabung maupun bambu) pada titik bekam, sehingga memunculkan bendungan lokal di permukaan kulit .

Pada metode bekam basah, sehabis terjalin bendungan lokal, prosesnya dilanjutkan dengan penusukan jarum bekam di permukaan kulit menggunakan pisau khusus bekam atau bisturi agar darah kotor dapat dikeluarkan. Bekam basah dianggap lebih efektif untuk berbagai penyakit, terutama penyakit yang berkaitan dengan gangguan pada pembuluh darah. Berbeda dengan bekam kering yang bisa jadi hanya mengobati penyakit ringan, sementara bekam basah bisa menolong menanggulangi penyakit yang lebih oarah, kronis ataupun degenerative, seperti hipertensi (Nuridah dan Yodang, 2021).

Terapi bekam paling efektif dilakukan pada titik tengkuk (kahi) dengan frekuensi dua kali pembekaman dengan waktu pembekaman diberikan selama 2 minggu. Selanjunya dilakukan relaksasi setelah dilakukan terapi bekam. Terapi bekam memiliki sifat sifat merangsang tubuh menghasilkan zat seperti serotonin, sitokin, bradikinin, histamine,oksida nitrat (NO) dan endhorphin sehingga menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Kajian literatur ini dapat dijadikan alternatif terapi nonfarmakologi pada pasien hipertensi (Sholeh Anwar, dkk. 2021).

Setelah dilakukan terapi bekam basah selama 3 bulan berturut turut, tekanan darah systole dan diastole mengalami penurunan secara signifikan pada kelompok intervensi sebesar 0,000 (p<0,05) dan kelompok control (p>0,05) sehingga disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata  tekanan darah pada ketiga interval waktu pengukuran pada kelompok intervensi.

Kesimpulan terapi bekam memiliki pengaruh dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Nuridah dan Yodang 2021). Pengaruh terapi bekam terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi: study Quasy eksperimental (nuridah dan yodang 2021).

By Tim Redaksi

Tinggalkan Balasan

Berita Menarik Lainnya