Perkembangan Peluang Agribisnis di Era Industri Digital 4.0


oleh Farizha Rahma Ayu Anggita
Mahasiswi Jurusan Agribisnis, Fakuktas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Jakarta

Pada era industri digitalisasi 4.0 saat ini manusia telah merasakan sejumlah perubahan khususnya dalam inovasi teknologi yang mendorong segala aktivitas yang terjadi untuk mengikuti arus perubahan ini. Salah satu hal yang mendorong perubahan yang terjadi pada dunia saat ini adalah pandemi Covid-19. Saat itu dunia diharuskan untuk menghentikan segala kegiatan yang ada dengan diam dirumah (lockdown) dan segala macam kegiatan dilakukan berdasarkan daring (online) hal ini, yang memicu perkembangan teknologi secara cepat.

Perubahan teknologi ini dirasakan pada berbagai sektor, khususnya dalam sektor agribisnis. Era industri 4.0 yang terjadi ini ternyata membawa dorongan perubahan yang cukup berpengaruh didalam sektor agribisnis, seperti adanya sistem toko yang dilakukan secara daring (online shop), adanya integrasi teknologi digital seperti Internet of Things (IoT), dan kemunculan kecerdasan buatan (AI). Oleh karena itu, para petani dan juga para pelaku agribisnis harus melakukan sejumlah inovasi dalam memanfaatkan perubahaan teknologi yang ada pada saat ini.

Sektor agribisnis merupakan salah satu pilar penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Perannya yang strategis tidak hanya dalam penyediaan bahan pangan, tetapi juga dalam penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah menjadikan sektor ini sangat vital. Menurut data BPS (2022), sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menyumbang sekitar 12,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Akan tetapi, seiring dengan masuknya era industri digital 4.0, sektor agribisnis dituntut untuk beradaptasi terhadap perubahan teknologi agar tetap kompetitif dan relevan.

helios.id

Dalam perkembangan teknologi digital ini membuka beragam macam peluang yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku agribisnis yaitu sebagai alat dan sistem yang digunakan untuk mendukung seluruh aktivitas bisnis pertanian, mulai dari budidaya, panen, pasca-panen, distribusi, hingga pemasaran. Inovasi yang ada pada industri digital saat ini mencangkup strategi penggunaan teknologi yang tepat untuk meningkatkan efisiensi operasional dan keberlanjutan.

Namun, ternyata dalam praktiknya masih banyak para petani dan pelaku agribisnis yang tidak mengetahui apalagi memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada, di

Indonesia sendiri sejumlah daerah ataupun pada pelosok daerah yang terpencil, teknologi yang telah berkembang masih tidak dapat dijangkau oleh para petani dan pelaku agribsinis. Survei Kementerian Pertanian (2021) menunjukkan bahwa hanya 29% petani di Indonesia yang sudah memiliki akses terhadap teknologi berbasis internet, dan dari jumlah itu, hanya sebagian kecil yang benar-benar menggunakannya dalam proses produksi atau pemasaran. Ini menegaskan bahwa teknologi saja tidak cukup; butuh pendekatan yang bersifat manusiawi dan kolaboratif agar transformasi ini benar-benar inklusif.

Padahal faktanya penggunaan teknologi ini dapat membantu proses pertanian dan sektor agribsinis agar dapat lebih berkembang lagi. Menurut Nurdiyah dalam jurnal reposity di Universitas Terbuka, adopsi teknologi digital memungkinkan pelaku agribisnis untuk memantau dan mengelola tanaman, ternak, serta sumber daya alam dengan lebih baik. Hal ini akan membantu dalam mengoptimalkan penggunaan air, pupuk, dan pestisida, serta mengurangi pemborosan dan dampak pencemaran lingkungan secara negatif.

Peluang dalam penerapan teknologi digital pada sektor agribisnis masih banyak yang dapat dimanfaatkan seperti penerapan teknologi pada pertanian dengan menggunakan sensor otomatis yang dapat digunakan untuk mengecek kondisi tanah, seperti tingkat keasaman tanah, suhu dan kelembapan tanah secara optimal, atau penggunaan teknologi digital yang dapat memungkinkan pelacakan dan pemantauan langsung dari produksi hingga konsumsi, sehingga meningkatkan efisiensi rantai pasok dan memastikan keamanan pangan.

Teknologi industri digitalisasi saat ini bahkan mampu memberikan peringatan dini terhadap perubahan cuaca ekstrem atau serangan hama penyakit, yang mana teknologi ini dapat memberikan informasi yang sangat penting bagi petani dalam mengambil keputusan secara cepat dan tepat artinya perkembangan teknologi digital dalam sektor agribisnis ini sebenarnya menyimpan sejumlah potensi besar dalam meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan dalam usaha tani.

Akan tetapi, fakta dan teori pun cukup berbeda, kenyataan di lapangan yang terjadi menunjukkan bahwa tidak semua pelaku agribisnis memiliki pemahaman atau akses terhadap teknologi ini, yang kemudian menjadi hambatan tersendiri dalam upaya perubahan digital pada sektor agribisnis di Indonesia. Yakni, adanya sejumlah tantangan besar yang terjadi pada sektor agribisnis pada penerapan teknologi digitalisasi ini.

Salah satu masalah yang paling krusial adalah rendahnya literasi digital di kalangan petani, terutama mereka yang tinggal di daerah pedesaan dengan akses pendidikan dan teknologi yang sangat terbatas. Banyak dari mereka tidak memiliki smartphone, tidak tahu cara mengoperasikan aplikasi berbasis data, dan bahkan belum pernah bersentuhan dengan teknologi. Masih banyak petani yang merasa ragu dan takut mencoba teknologi baru karena merasa tidak mampu mengoperasikannya. Mereka juga merasa belum yakin terhadap manfaat jangka panjang yang bisa mereka dapatkan dari penggunaan teknologi tersebut.

Ditambah dukungan pemerintah yang tidak merata pada sejumlah daerah dalam mendukung perkembangan agribisnis di era digitalisasi ini sangat berpengaruh. Seharusnya pemerintah daerah setempat dapat berperan lebih aktif dalam mendukung perkembangan teknologi dalam sektor agribisnis. Padahal jika pemerintah melakukan pendekatan yang tepat dalam mengedukasi para petani dan pelaku agrbisnis maka, sejumlah peluang terbuka lebar untuk sektor agribisnis dalam penggunaan teknologi.

Salah satu solusi konkret yang dapat diambil adalah kolaborasi lintas sektor. Pemerintah dapat memperkuat infrastruktur digital di daerah tertinggal dengan cara memperluas jaringan internet desa dan memberikan insentif berupa subsidi alat pertanian digital bagi petani. Perguruan tinggi, melalui program pengabdian masyarakat, harus aktif memberikan pelatihan teknologi, mulai dari penggunaan aplikasi hasil panen, pengelolaan data keuangan tani, hingga cara menjual produk secara online. Sektor swasta dapat menciptakan perangkat lunak dan aplikasi ramah pengguna yang mudah diakses oleh petani, termasuk dalam bahasa lokal.

Menurut penulis keterlibatan dari segala pihak yang ada dalam mendukung perkembangan sektor agribinis ini dapat meyakinkan bahwa generasi muda memiliki tanggung jawab besar untuk menjembatani kesenjangan ini. Generasi muda merupakan kelompok yang paham teknologi sekaligus memahami kondisi petani atau pelaku agribisnis dengan terjun langsung ke lapangan. Maka dari itu, peran mahasiswa tidak hanya sebatas belajar di kelas, tetapi juga menjadi agen perubahan dalam mengedukasi dan menginspirasi petani dan pelaku agribsnis agar tidak takut menghadapi kemajuan zaman.

Pendampingan yang dilakukan secara langsung dan pendekatan yang personal akan jauh lebih efektif dalam membangun kepercayaan petani atau pelaku agribisnis terhadap teknologi. Generasi muda harus mampu menjadi penghubung antara dunia teknologi yang cepat berkembang dan dunia pertanian yang selama ini berjalan perlahan. Dengan begitu, proses perubahan industri digital akan menjadi lebih manusiawi dan berakar dari bawah, bukan hanya didorong dari atas secara sepihak.

Dengan demikian, perkembangan peluang agribisnis di era Industri Digital 4.0 ternyata sangatlah besar dan menjanjikan. Namun, di balik itu semua potensi tersebut, ada sejumlah tantangan besar yang harus diselesaikan terlebih dahulu, yaitu rendahnya literasi digital dan ketimpangan akses teknologi di kalangan petani dan para pelaku agribisnis. Perubahan digital tidak bisa berjalan efektif jika hanya sebagian kecil pelaku agribisnis yang mampu mengakses dan memanfaatkannya.

Oleh karena itu, solusi yang dibutuhkan adalah kolaborasi nyata antara pemerintah, perguruan tinggi, sektor swasta, dan petani serta para pelaku agribisnis itu sendiri agar perubahan ini bisa dirasakan oleh semua kalangan. Dengan harapan bahwa masa depan pertanian Indonesia adalah pertanian yang modern tapi tetap inklusif, berbasis teknologi tapi tetap memihak petani kecil, dan berorientasi pasar tapi tetap menjunjung keberlanjutan. Teknologi hanyalah alat, tapi manusialah yang akan menentukan ke mana arah agribisnis Indonesia ke depan.

By Tim Redaksi

Tinggalkan Balasan

Berita Menarik Lainnya