Pewarta : Jamaludin Al Afghani| Editor : Nurul Ikhsan
Kuninganpos.com – Jemaah haji sakit yang dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) tetap dimonitor oleh petugas kesehatan Indonesia. Setiap hari ditugaskan tim visitasi ke RSAS dimana jemaah haji sakit dirujuk untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan lebih lanjut.
Kepala bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi 1444 Ha2023 M dr. M. Imran menjelaskan bahwa jemaah haji sakit khususnya yang dirawat di RSAS tetap membutuhkan dukungan dan monitoring dari tenaga kesehatan Indonesia. Oleh karenanya dibentuk tim visitasi untuk mengunjungi jemaah haji sakit di RSAS.
BACA JUGA : Hipertensi Disebut sebagai Silent Killer, Rutin Cek Tekanan Darah
”Jemaah haji sakit yang dirujuk ke RSAS akan selalu dikunjungi oleh petugas kesehatan setiap harinya. Petugas ini akan melihat progres pengobatan jemaah hingga memberikan support moril agar jemaah haji tetap semangat menjalani pengobatan hingga sembuh,” ujar dr. Imran.
Kegiatan visitasi adalah kunjungan ke jemaah haji sakit yang dirawat inap di Rumah Sakit Arab Saudi untuk mengetahui kondisi jemaah haji yang sakit. Kegiatan visitasi juga dilakukan untuk memberikan dukungan nutrisi, konsultasi medis, penyiapan kepulangan jemaah pasca rawat inap serta melakukan pendataan jemaah haji yang dirawat.
BACA JUGA : PPIH: Rute Shalawat Mahbas Jin Dikelola Otoritas Saudi, Digunakan Semua Negara
Sabtu 10 Juni 2023, tim visitasi KKHI Makkah mengunjungi 20 jemaah haji sakit yang sedang dirawat di empat RS Arab Saudi yaitu RS King Abdullah, RS King Faisal, RS King Abdul Aziz, dan RS Heera Makkah.
Penanggungjawab visitasi KKHI Makkah Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT (K) bersama tim yang melaksanakan visitasi jemaah haji sakit di RS Arab Saudi setiap hari. Ia menyampaikan bahwa tim visitasi harus melakukan monitor tentang diagnosis, penanganan, hingga jadwal pemulangan dari RS.
”Kami harus tahu diagnosis dari dokter RS Arab Saudi yang merawat jemaah haji sakit, penanganan yang diberikan seperti apa, hingga selanjutnya apakah sudah boleh dipulangkan atau perlu penanganan lebih lanjut,” kata dr. Sakti.
BACA JUGA : Waspada DBD, Nyamuk Dengue Ganas di Suhu Tinggi
dr. Sakti mengatakan bahwa pelayanan jemaah haji sakit di RSAS relatif lancar. Kendala yang sering dialami yaitu masalah komunikasi terutama kendala bahasa.
Kendala bahasa yang sering terjadi yakni dokter yang menangani di RSAS sering kali kesulitan untuk melakukan diagnosis karena pasien tidak mengerti bahasa inggris dan Arab.
Kendala bahasa ini dapat menghambat proses pengobatan jemaah haji yang sakit. Sering kali jemaah sakit juga tidak bisa menyampaikan keluhan kepada dokter RSAS yang merawat. Oleh karenanya, tim visitasi membantu sebagai penghubung untuk menjembatani komunikasi antara dokter RSAS dan pasien.
”Setiap kunjungan, dokter/perawat RSAS sudah menunggu kami untuk membantu mereka menanyakan kondisi kepada pasien. Selain itu kami juga diminta RSAS untuk menjelaskan prosedur penanganan yang akan diberikan kepada jemaah haji sakit,” tutur dr. Satria.
Sarwosri dari kloter JKG 7 adalah salah satu jemaah haji sakit yang dikunjungi di RS King Abdullah mengaku sangat senang dikunjungi oleh tim visitasi dan mengucapkan terima kasih karena sudah membantu dalam proses penyembuhannya.
Senada dengan hal tersebut, dr. Imran menyampaikan bahwa kendala bahasa ini sudah menjadi problematika dalam proses rujukan dan visitasi jemaah haji sakit ke RS Arab Saudi setiap tahunnya. Saat ini formulir rujukan digunakan dalam dua bahasa yaitu inggris dan arab. Selain itu dalam proses rujukan dan visitasi tenaga kesehatan didampingi oleh tenaga pendukung kesehatan yang berperan sebagai penghubung dan penerjemah.
”Hambatan yang sering timbul yaitu adanya miskomunikasi antara dokter yang menangani di RSAS dengan jemaah haji kita yang sedang dirawat, sehingga terkadang pasien keluhan pasien tidak tersampaikan dengan baik. Namun alhamdulillah sekarang sudah bisa diatasi dengan dukungan dari rekan penghubung dan penerjemah yang mendampingi,” ungkap dr. Imran.
Harapannya tidak ada lagi miskomunikasi antara petugas kesehatan Indonesia dan RSAS baik dalam proses rujukan maupun visitasi, sehingga penanganan jemaah haji sakit dapat berlangsung optimal.
Selain tenaga kesehatan, visitasi jemaah sakit di RSAS juga melibatkan petugas bimbingan ibadah, agar jemaah haji sakit di RSAS tetap mendapatkan penguatan secara spiritual.