Kuningan Jadikan Ubi Jalar sebagai Bahan Komoditi Ekonomi Kreatif


Oleh Irma Sepiani
Mahasiswi Program Studi Agribisnis
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Kuningan merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang kaya akan sumber daya alam. Salah satu kekayaan alam Kuningan yang melimpah adalah ubi jalar.

Ubi jalar atau biasa dikenal dengan istilah latin lpomoae batatas L. Merupakan salah satu komoditas tanaman palawija yang bernilai tinggi. Hal ini dapat dilihat dari segi komponen fungsionalnya yang mengandung kadar gizi karbohidrat yang tinggi. Selain itu, ubi jalar memiliki indeks glikemik yang relatif rendah yaitu 54, yang artinya tidak mudah diubah menjadi gula dan cocok untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes, tidak seperti beras atau jagung.

Menurut ahli botani dan ahli pertanian, tanaman ubi jalar berasal dari Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika Tengah. Ahli botani Soviet, Nikolai Ivanovich Vavilov membenarkan bahwa pusat utama tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama di negara-negara dengan iklim tropis, pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke  Asia, terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia. 

Varietas ubi jalar yang dianggap terbaik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: produktivitas tinggi (20-40 ton/ha); kemampuan beradaptasi yang luas dan stabil; resistensi yang tinggi terhadap berbagai hama dan penyakit; masa panennya singkat, 3-4 bulan, tekstur ubi masih segar dan berasa manis; memiliki  kandungan serat kasar yang rendah; memiliki nilai gizi yang tinggi; sifat tanaman sesuai dengan kebutuhan industri.

Ubi jalar juga dapat digunakan sebagai pengganti nasi sebagai makanan pokok. Ubi jalar cocok dikonsumsi hampir semua usia, bahkan bayi di atas 6 bulan. Hampir semua bagian ubi dapat dimanfaatkan. Secara umum jenis ubi jalar yang banyak digunakan dapat diklasifikasikan menurut bentuk daun, batang, kulit ubi jalar, daging ubi jalar, umur ubi jalar, dan potensi hasil. Oleh karena itu, muncul spesies ubi jalar berbasis budaya dan dibudidayakan secara besar-besaran oleh petani palawija, khususnya di Kabupaten Kuningan. 

Kuningan merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang kaya akan sumber daya alam. Salah satu kekayaan alam Kuningan yang melimpah adalah ubi jalar. Dilansir dari opendata.jabarprov.go.id, beberapa wilayah di Jawa Barat menjadi produsen ubi jalar. Pada tahun 2021, total produksinya mencapai  489.920 ton. 121.978 ton atau 24,9% diproduksi di Kab. Kuningan, yang sekaligus menduduki peringkat pertama produsen ubi jalar terbanyak di Jawa Barat.

Salah satu jenis ubi jalar yang banyak dibudidayakan di Jawa Barat khususnya di kota Kuningan adalah ubi jalar ungu. Selain sebagai sumber karbohidrat dan kalori, ubi ungu juga mengandung protein dan lemak. Setiap tanaman ubi jalar memiliki kandungan pigmen ungu atau antosianin. Ubi ungu berfungsi untuk menghambat penggumpalan darah sehingga aliran darah menuju ke jantung dapat berjalan lancar. Antosianin pada ubi ungu bermanfaat sebagai antioksidan yang dapat menyerap polusi udara. Antosianin ubi ungu juga memiliki fungsi fisiologis seperti antioksidan, antikanker, antibakteri, pelindung terhadap kerusakan hati, penyakit jantung dan stroke.

Ubi ungu kaya akan serat, serat dan pektin sangat baik untuk mencegah gangguan pencernaan seperti wasir, sembelit dan kanker usus besar. Serat yang terkandung dalam ubi ungu juga membantu menahan air untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh. Vitamin C, vitamin B kompleks, zat besi dan fosfor dalam ubi jalar berfungsi untuk menjaga kekebalan tubuh.

Tanaman ubi jalar ini mudah beradaptasi dengan dataran tinggi dan dataran rendah, iklim tropis dan curah hujan yang konstan. Selain fungsinya, ubi jalar memiliki nilai ekonomi, juga digunakan dalam industri makanan sebagai bahan yang diolah menjadi pasta, yang kemudian diekspor ke  Jepang. Selain itu ubi jalar dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai produk olahan seperti kripik ubi jalar, dodol ubi jalar, tepung ubi jalar dan lain-lain.

Tanaman ubi jalar biasanya dijual dalam bentuk ubi segar setelah panen. Daerah pemasaran ubi jalar Kuningan mencakup Jakarta, Bekasi, Cirebon, Ciamis dan Bandung. Selain dijual di pasaran, ubi jalar petani juga dipasok ke industri lain yang membutuhkan ubi jalar baik sebagai bahan baku utama (industri hasil olahan ubi jalar) maupun bahan baku tambahan (industri obat nyamuk, saus, kecap, dan lain-lain).

Di era globalisasi saat ini, komoditas ekonomi kreatif menjadi sangat penting. Ubi jalar sebagai komoditas ekonomi kreatif dapat menjadi peluang bagi masyarakat Kuningan untuk meningkatkan kesejahteraan. Dengan menghasilkan produk olahan ubi jalar yang bernilai ekonomi tinggi, masyarakat Kuningan dapat meningkatkan pendapatannya dan membuka lapangan kerja baru.

Ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang memang layak untuk dikembangkan, berdasarkan nilai ekonomisnya dapat meningkatkan pendapatan terutama bagi petani apabila ditanam dalam skala besar. Sabana, dkk (2001) mengungkapkan secara umum masyarakat Sunda memilah jenis makanan ke dalam kelompok 1). Makanan utama, 2) Makanan ringan, 3). Makanan pelengkap, 4) Makanan cuci mulut, dan 5) Makanan jajanan. Melihat jenis dan fungsinya, ubi jalar ini termasuk ke dalam makanan ringan, dan makanan jajanan.

Ubi jalar dapat dibuat menjadi berbagai bentuk makanan yang lezat dengan menggabungkan bahan makanan lain untuk menghasilkan makanan yang berbeda seperti yang kita kenal selama ini. Dengan sedikit sentuhan, bentuk dan ditambah warna yang menarik akan menambah minat orang untuk mencicipinya apa lagi jika rasanya lezat. Selain itu, dapat dikembangkan dengan mengacu pada makanan dari luar Indonesia, yang dikreasikan dengan tampilan baru dan cita rasa disesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia, serta tampilan yang menarik serta kekinian yang menghasilkan makanan yang dicari oleh masyarakat. Misalnya saja ubi jalar dapat dibuat menjadi makanan khas Jepang yaitu dango. Dango adalah kue Jepang berbentuk bulat seperti bola kecil yang umumnya terbuat dari tepung beras. Namun kita dapat memodifikasinya dengan menambahkan ubi jalar kedalam adonan dango. Sehingga, memiliki cita rasa yang baru dan juga unik untuk dinikmati oleh masyarakat.

Di Kuningan sendiri, ada sebuah UMKM yang aktif dalam pembuatan olahan makanan dari ubi jalar, yaitu Sri Mandiri. Lokasi UMKM tersebut berada di Desa Sembawa, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan. Hana Gemblong merupakan nama brand dari UMKM Sri Mandiri. Terdapat berbagai jenis dan varian olahan ubi seperti Gemblong Ubi ungu, Gemblong Ubi Balado, Gemblong Ubi Coklat, Gemblong Ubi Jengkol, Gemblong Ubi Udang, dan lainnya. Bahan baku yaitu ubi jalar yang memiliki kadar air juga kualitas pilihan, sehingga dapat dibuat produk yang memuaskan, serta berkualitas tinggi dan terjamin. Harga dari produk tersebut berkisar dari Rp 10.000 sampai Rp. 16.000.

Dari hasil UMKM tersebut membuktikan bahwa dengan mengolah ubi jalar menjadi produk olahan yang bernilai ekonomi tinggi, masyarakat Kuningan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan membuka lapangan kerja baru. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat Kuningan perlu bersinergi untuk mengembangkan potensi ubi jalar sebagai komoditas ekonomi kreatif di Kuningan.

By Tim Redaksi

Tinggalkan Balasan

Berita Menarik Lainnya