Perawatan Luka Diabetes Menggunakan Madu


Oleh Zihan Fuzi Lestari
Mahasiswa Akademi Keperawatan Bina Insan Jakarta

Madu yang baik untuk penyembuhan luka adalah madu mentah yang belum diproses dengan cara pemanasan, sehingga tidak semua madu yang dijual secara bebas dapat digunakan.

Madu adalah bahan alami yang memiliki rasa manis yang dihasilkan oleh lebah, baik dari nectar atau sari bunga atau cairan yang berasal dari bagian bagian tanaman hidup. Keunggulan madu untuk merawat luka karena mengandung berbagai zat yang membantu proses penyembuhan luka, misalnya Osmotic effect.

Madu memiliki osmolaritas yang cukup tinggi untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini di asumsikan bahwa osmotic effect dihasilkan oleh kandungan gula yang tinggi dalam madu. Madu juga mampu menyembuhkan luka yang terinfeksi staphylococcus aureus dan dengan cepat di ubah menjadi steril.

Ketika madu sudah tercampur dengan luka, maka keluarlah hydrogen peroksida melalui glucose oxidase. Cairan ini dikeluarkan secara perlahan untuk menyediakan akivitas antibacterial, namun tidak merusak jaringan. Hydrogen peroxide ini mempunyai efek kurang baik untuk jaringan, namun yang terkandung dalam madu adalah 1 mmol/liter atau 1000x lebih rendah dari 3% cairan umum yang di pakai sebagai anti septik dan masih efektif sebagai antibacterial dan tidak merusak jaringan.

Madu yang baik untuk penyembuhan luka adalah madu mentah yang belum di proses dengan cara pemanasan, sehingga tidak semua madu yang dijual secara bebas dapat digunakan. Madu yang telah di proses (dipanaskan) maka khasiat antibakterinya akan hilang atau berkurang. Adapun jenis luka yang dapat disembuhkan adalah ulkus kulit (venous, arteri, diabetic), luka bakar, abrasi kotor misalnya luka akibat kecelakaan, infeksi jamur, donor site skin graft (cangkok kulit) dan luka pembedahan yang mengalami infeksi.

Sifat anti bakteri dari madu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit.

Penerapan terapi menggunakan madu ini sesuai dengan teori bahwa madu mempunyai kadar osmolaritas tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan mempercepat proses penyembuhan luka. Madu menciptakan kelembapan yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini yang menyebabkan bahwa madu sangat baik diserap oleh kulit. Sebagai agen pengobatan topical, madu mudah juga disimpulkan bahwa madu aman digunakan untuk terapi ulkus kaki diabetic (Ayu Ningsih, dkk. 2019).

Dibetes melitus atau lebih sering dikenal dengan penyakit kencing manis adalah salah satu penyakit tidak menular yang terus menerus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Penyakit kronis ini terjadi ketika pancreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup dan menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

Pada tahun 2018, prevalensi diabetes melitus terdiagnosis dokter pada semua umur di Jawa Barat sebesar 1,8 %. Sedangkan untuk prevalensi diabetes melitus di Kabupaten Kuningan sendiri ialah 1,61% atau sebanyak 1.621 kasus (Rikesdas Jawa barat, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Muhti, dkk (2017) menyatakan bahwa pasien dengan kelompok intervensi madu dapat disimpulkan bahwa 95% meyakin rata-rata kesembuhan ulkus diabetic pada pasien diabetes dengan pengobatan menggunakan madu berkisar 3,64 – 4,86 dan estimasi interval. Sedangkan hasil pemakaian NaCl disimpulkan bahwa 95% percaya rata-rata kesembuhan ulkus diabetic pada pasien diabetes melitus dengan pemakaian NaCl berkisar antara 1,89-3,27. Hasil analisis statistic diperoleh p value=0,001 yang artinya ada pengaruh yang signifikan penggunaan madu terhadap proses penyembuhan ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan madu lebih efektif dalam penyembuhan ulkus diabetikum.

Penelitian yang dilakukan oleh Anita,d kk (2019), efek dari balutan utama madu berkurang  ukuran luka p = 0,043, memperbaiki jenis jaringan nekrotik p = 0.041, mengurangi jaringan nekrotik jumlah p = 0,042, peningkatan granulasi p= 0,038 dan epitelisasi p= 0,042 itotal 10 pasien diabetes tipe 2 dengan luka ulkus diabetic berpartisipasi. Dapat disimpulkan bahwa madu di Indonesia bermanfaat untuk penyakit kaki diabetes dan proses penyembuhan ulkus. Penemuan ini menunjukkan bahwa madu harus dipertimbangkan sebagai alternatif, hemat biaya, dan bermanfaat sebagai balutan luka pada luka ulkus diabetik                           

Menurut Dinas Kesehatan DIY (2014) secara umum perawatan luka dengan menggunakan  madu adalah sebagai berikut, pastikan luka bersih dari benda asing lalu cuci luka menggunakan cairan NaCl atau rendam dengan air hangat, keringkan, oleskan madu pada kulit yang mengalami luka lalu tutup dengan kassa atau oleskan madu pada kassa kemudian ditempelkan pada daerah luka, tutup rapat luka dan kassa dengan plester putih (hindari kontak dengan air selama ditutup), ganti balutan setiap satu atau dua hari sekali, ulangi perawatan luka sampai luka tampak mengering atau mengalami kemajuan.

Kesimpulan madu efektif dalam penyembuhan ulkus diabetikum.

By Tim Redaksi

Tinggalkan Balasan

Berita Menarik Lainnya