Kuningan Darurat Bank Keliling, Banyak Warga Terjerat Hutang

Pewarta : Nurul Ikhsan | Editor : Nurul Ikhsan

Kuninganpos.com – Tak mau disebut rentenir, kini pemberi dan penagih utang pinjaman bank keliling menyebut identitas dirinya ke nasabah dengan mengatasnamakan koperasi simpan pinjam.

Setiap hari petugas pemberi pinjaman sekaligus merangkap sebagai penagih hutang mendatangi setiap pelosok desa di wilayah Kabupaten Kuningan. Mereka agresif secara door to door menawarkan dan membujuk warga mengajukan pinjaman uang.

Ditengah sulit ekonomi, bak gayung bersambut, penawaran pinjaman tersebut langsung diterima oleh warga yang memang sedang terdesak oleh berbagai kebutuhan hidup seperti untuk modal usaha, kebutuhan dapur, modal bertani, kebutuhan anak sekolah dan kebutuhan hidup lainnya. Jumlah uang yang dipinjam warga dari bank keliling nilainya bervariasi.

BACA JUGA : Dihadiri Camat Maleber, Kades Galaherang Lantik Kadus Dusun Babakan Kidul

Saking butuhnya, warga yang meminjam uang sampai mengabaikan jumlah pokok bunga yang harus dibayar. Bahkan nasabah juga tidak tahu dimana alamat kantor pemberi pinjaman dan reputasi lembaga pemberi pinjaman uang. Warga yang berpendidikan rendah dan kelompok warga miskin menjadi sasaran empuk bank keliling yang berkedok koperasi simpan pinjam dalam mencari keuntungan dari bunga pinjaman yang mencekik nasabah.

Saat menawarkan pinjaman, petugas bank keliling ini tidak meminta persyaratan layaknya bank konvensional ke nasabahnya, seperti meminta agunan dalam bentuk tanah, rumah atau kendaraan. Cukup fotokopi KTP, pinjaman uang langsung cair di rumah warga. Bank keliling ini menawarkan pinjaman uang antara 500 ribu sampai 1 juta, bahkan sampai 5 juta. Warga bisa memilih harian atau mingguan saat membayar cicilan hutangnya.

BACA JUGA : Setelah Darurat Bangke, Banyak Anak Muda di Kuningan Terjerat Hutang Dari Bermain Judi Online

Hampir disemua desa, menjamurnya bank keliling cukup meresahkan. Keberadaan bank keliling bukannya menyelesaikan masalah, malah warga semakin parah terlilit hutang. Banyak nasabah sampai harus terpaksa meminjam ke banyak bank keliling dengan tujuan agar bisa menutup hutangnya. Istilahnya gali lubang tak bisa nutup lubang. Warga seperti sengaja dibuat ketergantungan, dan sulit bisa lepas dari jerat dan bujuk rayu petugas bank keliling yang terus menawarkan pinjaman uang.

Tak sedikit warga yang terjerat hutang mengalami stres tinggi, hingga harus kucing-kucingan menghindari para penagih hutang yang setiap hari getol mendatangi rumah nasabah. Ada juga sampai warga dan penagih hutang terjadi keributan karena permasalahan hutang pinjaman.

Penelusuran Kuninganpos.com dari Kantor Berita Kuningan, selain mendatangi langsung warga, petugas bank keliling ini agresif setiap hari menawarkan pinjaman di media sosial facebook dengan iming-iming peryaratan mudah dan uang langsung bisa cair. Di kolom komentar pun banyak warganet tertarik untuk meminjam uang.

Ada warga yang meminjam uang untuk modal buka usaha makanan mpek-mpek mengaku kapok meminjam uang ke bank keliling. Kepada Kuninganpos.com, ia menceritakan saat baru membuka dagangan, petugas penagih sudah menunggu di lapak usahanya, sementara dagangan belum laku. Uang yang didapat dari pembeli pertama usahanya langsung diminta untuk menyicil hutangnya. Kejadian tersebut terulang setiap hari sampai akhirnya ia berhasil melunasi hutang pinjamannya.

Kejadian lain, ada satu warga yang meminjam uang ke beberapa bank keliling. Ia mewakili lebih dari 6 warga yang meminjam dengan atas nama warga tersebut. Alhasil setiap hari dan berlangsung berbulan-bulan warga tersebut didatangi penagih hutang ke rumahnya.

Beberapa perangkat desa di wilayah Kuningan timur saat ditemui Kuninganpos.com mengatakan, banyak warganya mengaku resah dengan banyaknya petugas bank keliling yang setiap hari mendatangi warga didesanya. Perangkat desa sendiri mengaku belum memiliki solusi untuk menangani kebutuhan ekonomi warganya, seperti permodalan dan membuat program pemberdayaan ekonomi.

Pemerhati Sosial Ooy Haerudin menyikapi fenomena masyarakat yang menggantungkan kebutuhan ekonominya dengan meminjam uang ke bank keliling. Ooy menegaskan ini bentuk gagalnya pemerintah mensejahterakan rakyatnya. Program-program pemberdayaan ekonomi yang ada menurutnya tidak efektif. Rakyat hanya ditawarkan program jangka pendek seperti program bantuan sosial yang menurutnya jauh dari efektif.

“Ini potret kegagalan pemerintah mensejahterakan rakyatnya. Rakyat dibuat bingung dengan kondisi ekonomi, dan memilih bank keliling sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemana peran pemerintah daerah hingga pusat untuk mampu memberi solusi jangka panjang bagi rakyat. Rakyat sudah mengganggap tidak penting lagi riba, mengabaikan hukum Islam yang akhirnya terus terjerat hutang dan uang yang didapat jauh dari nilai berkah,” tandas Ooy yang juga Vice President 4H Indonesia.

Dikatakan Ooy, ia menilai program pemberdayaan ekonomi rakyat masih berorientasi proyek. Terlihat dari program bansos yang diandalkan pemerintah namun tidak menyentuh subtansi kebutuhan primer rakyat. Stigma perbankan yang ribet dengan segala aturan semakin menjauhkan rakyat enggan melibatkan perbankan atau lembaga pembiayaan resmi dan diawasi OJK untuk solusi memenuhi kebutuhan rakyat. Rakyat seperti dibiarkan tetap miskin, namun dijadikan obyek program jangka pendek, apalagi jelang tahun politik 2024.

Jika ini dibiarkan, kata Ooy, maka akan banyak kabupaten dengan menyandang status miskin ekstrim. Dampaknya akan banyak tindakan kriminalitas, tingginya kasus perceraian hingga bunuh diri karena faktor ekonomi dan terjerat hutang.

Ooy meminta pemerintah pusat, provinsi, kabupaten hingga pemdes agar lebih serius memprogramkan pemberdayaan ekonomi rakyat, seperti memperkuat program kedaulatan pangan. Menurutnya, komoditas pangan adalah kebutuhan primer rakyat. Jika sektor pertanian berhasil dibangung maka rakyat akan sejahtera.

“Jika kedaulatan pangan sudah terwujud di negeri ini, pertanian berhasil dibangun maka tidak ada lagi rakyat yang miskin, apalagi terjerat hutang,” tegas Ooy.

By Nurul Ikhsan

Kang Ikhsan, biasa kolega pria kelahiran Kuningan ini dipanggil. Masa remajanya dihabiskan di Kota Cirebon saat ia menempuh pendidikan SMA di kota udang. Sekolah SD dan SMP diselesaikan di Kuningan. Saat SMA, pria humoris dan bageur ini sudah menyukai dunia tulis menulis. Di sekolahnya Kang Ikhsan aktif dalam club menulis dan mengelola majalah dinding (mading). Kecintaan dengan dunia Jurnalistik ia lanjutkan saat kuliah di Jakarta dengan aktif di pers kampus sebagai pemimpin redaksi tabloid kampus pada tahun 1997. Ia juga mendirikan Lembaga Pers Mahasiswa dan Radio Kampus (LEMAPKA) yang anggotanya adalah Organisasi Pers Kampus se Jabodetabek. Pendirian LEMAPKA menurutnya sebagai organ perjuangan untuk mendukung gerakan mahasiswa saat menumbangkan rezim orde baru, hingga kejatuhannya Presiden Suharto. Ia juga aktif di organ gerakan mahasiswa yang tergabung di Forum Komunikasi Senat Mahasiswa se DKI Jakarta (FKMSJ). Beberapa kali mendapat penugasan sebagai jenderal lapangan (Jenlap) memimpin ribuan mahasiswa dari berbagai kampus turun ke jalan menyuarakan gerakan reformasi hingga menduduki Gedung DPR RI. Tak jarang ia menjadi buruan intel dan berurusan dengan Intelpam Polda Metro Jaya karena seringnya memimpin gerakan aksi demonstrasi mahasiswa secara besar-besaran. Sejak masih mahasiswa, Kang Ikhsan bekerja di beberapa media cetak nasional. Selepas menyelesaikan kuliah, Kang Ikhsan masih bekerja aktif di beberapa media nasional koran, majalah dan radio di Jakarta. 20 tahun ia masih mencintai dan aktif menekuni profesi jurnalisnya hingga saat ini memimpin redakasi di Kantor Berita Kuningan (KBK) yang menaungi Kuninganpos.com, Kuninganhits.com, Fajarkuningan.com, Kuningantoday.com, dan KBK Kelas Jurnalistik, serta beberapa media online nasional lainnya.

Tinggalkan Balasan

Berita Menarik Lainnya