Mengenal Babarit, Tradisi Ciri Milangkala Kuningan

Pewarta : Nurul Ikhsan | Editor : Heri Taufik

Kuninganpos.com – Setiap 1 September diperingati Milangkala (ulang tahun) Kuningan. Pada tahun ini Kuningan genap berusia ke-524 tahun. Tradisi Babarit pun setiap perayaan selalu dihadirkan sebagai pengingat atau penanda milangkala Kuningan.

Tahun ini tradisi Babarit tersebut ditampilkan sebagai bagian dari rangkaian Milangkala Kuningan ke-524 tahun bertempat di lingkungan Pendopo Bupati Kuningan. Kirab tradisi Babarit berlangsung meriah, disaksikan oleh ribuan masyarakat Kabupaten Kuningan yang hadir dan antusias melihat secara langsung prosesi tradisi Babarat, Minggu (28/8/2022).

FOTO: Kuninganpos.com/Diskominfo.

Tradisi Babarit sendiri sarat dengan nilai filosofi sebagai wujud syukur, menjaga alam,  indahnya berbagi, dan mendokan para leluhur. Sawer air empat penjuru, tumpeng dan gamelan diiringi tarian menjadi ciri khas dalam tradisi Babarit.

Tradisi Babarit juga menjadi bagian ciri dalam milangkala desa. Sementara untuk Milangkala Kuningan, prosesinya antara lain menyatukan air dari empat penjuru mata air kabuyutan yang diambil dari wilayah Kuningan Barat di Mata Air Cihulu Kuningan-Kel. Winduherang-Cigugur. Utara, dari Cikahuripan-Kahiyangan Indapatra- Cilimus. Timur, Kabuyutan Indrakila-Karangkencana. Selatan, Kabuyutan Jamberama-Selajambe.

FOTO: Kuninganpos.com/Diskominfo.

Selain itu, disiapkan lima Tumpeng sebagai simbol satu Tumpeng Indung dan empat Tumpeng yang merupakan kiriman dari empat penjuru lembur. Tumpeng ini dibagikan oleh Bupati Kuningan kepada warga yang turut hadir.

Suasana Babarit terasa sakral diiringi gamelan dan kacapi suling, diseling dengan iringan musik Tarawangsa, dipadukan dengan tarian empat penari tari kendi air, dengan narasi dari juru kawih.

FOTO: Kuninganpos.com/Diskominfo.

Titis nitis mawa lantis, tina keclak ngajadi cikaracak, nu sumerep making lemah, maseuhan tanah kaheman. Laju ngaburial cinyusu di saban madhab, papat madhab kalima tunggal ngawangun talaga wening, nu ngeclak lir cahaya inten. Cikahuripan pigeusaneun hirup hurip. Hurip nagri waras abdi Curr…! Bismilllahirrohmanirrahim”.

Selanjutnya Bupati Kuningan H. Acep Purnama, menyipratkan air dari gentong ke empat madhob, diikuti penari mengambil air dari baki yang diisi mayang jambe untuk diserahkan ke Bupati untuk menyipratkan air. Suasana pun semakin riang bagi yang kena cipratan air.

FOTO: Kuninganpos.com/Diskominfo.

Selanjutnya murak tumpeng yang dilakukan Bupati bersama Wakil Bupati Kuningan HM. Ridho Suganda. Kemudian nasi tumpeng dibagikan ke Tobas atau Ketua DPRD, Dandim 0615, Kapolres Kuningan, Kepala Kejaksaan Negeri, Ketua Pengadilan Negeri, Ketua Pengadilan Agama, dan Sekda Kuningan Dian Rachmat Yanuar.

FOTO: Kuninganpos.com/Diskominfo.

Prosesi diteruskan dengan murak dan berbagi tumpeng kepada warga yang menghadiri tradisi Babarit. Saat proses pembagian ini suasana berubah menjadi ramai. Warga yang hadir berharap menerima Tobas. Prosesi ini memiliki kesan tersendiri bagi warga, seperti diungkapkan Agus Warga Desa Kertawangunan, mengatakan kegiatan ini bukan hanya menjadi tontonan melainkan juga tuntunan bagaimana indahnya kebersamaan, kita bisa berbaur dan memiliki kepedulian akan sumber mata air.

Dikatakan Bupati Kuningan H. Acep Purnama, Babarit merupakan bagian wujud syukur kepada Allah  SWT yang Maha Kuasa dan Maha Agung atas nikmat yang telah diturunkan. Sekaligus mendoakan para pendahulu/karuhun yang telah pulang kerahmatullah, atas darma bhaktinya.“Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke” yang berarti ada dahulu ada sekarang, tak ada dahulu tak ada pula sekarang.

”Kita menyaksikan bersama Babarit ini memiliki nilai filosofi nilai-nilai tradisi dan budaya  untuk menjaga alam dan memiliki kepekaan sosial. Semoga Kuningan senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT, untuk menjadikan Kuningan sebagai daerah  baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, daerah yang subur dan makmur yang diiring dengan selalu bersyukur atas nikmat yang  terima,” tutur Bupati Acep.

By Nurul Ikhsan

Kang Ikhsan, biasa kolega pria kelahiran Kuningan ini dipanggil. Masa remajanya dihabiskan di Kota Cirebon saat ia menempuh pendidikan SMA di kota udang. Sekolah SD dan SMP diselesaikan di Kuningan. Saat SMA, pria humoris dan bageur ini sudah menyukai dunia tulis menulis. Di sekolahnya Kang Ikhsan aktif dalam club menulis dan mengelola majalah dinding (mading). Kecintaan dengan dunia Jurnalistik ia lanjutkan saat kuliah di Jakarta dengan aktif di pers kampus sebagai pemimpin redaksi tabloid kampus pada tahun 1997. Ia juga mendirikan Lembaga Pers Mahasiswa dan Radio Kampus (LEMAPKA) yang anggotanya adalah Organisasi Pers Kampus se Jabodetabek. Pendirian LEMAPKA menurutnya sebagai organ perjuangan untuk mendukung gerakan mahasiswa saat menumbangkan rezim orde baru, hingga kejatuhannya Presiden Suharto. Ia juga aktif di organ gerakan mahasiswa yang tergabung di Forum Komunikasi Senat Mahasiswa se DKI Jakarta (FKMSJ). Beberapa kali mendapat penugasan sebagai jenderal lapangan (Jenlap) memimpin ribuan mahasiswa dari berbagai kampus turun ke jalan menyuarakan gerakan reformasi hingga menduduki Gedung DPR RI. Tak jarang ia menjadi buruan intel dan berurusan dengan Intelpam Polda Metro Jaya karena seringnya memimpin gerakan aksi demonstrasi mahasiswa secara besar-besaran. Sejak masih mahasiswa, Kang Ikhsan bekerja di beberapa media cetak nasional. Selepas menyelesaikan kuliah, Kang Ikhsan masih bekerja aktif di beberapa media nasional koran, majalah dan radio di Jakarta. 20 tahun ia masih mencintai dan aktif menekuni profesi jurnalisnya hingga saat ini memimpin redakasi di Kantor Berita Kuningan (KBK) yang menaungi Kuninganpos.com, Kuninganhits.com, Fajarkuningan.com, Kuningantoday.com, dan KBK Kelas Jurnalistik, serta beberapa media online nasional lainnya.

Tinggalkan Balasan

Berita Menarik Lainnya