Refleksi Sholat dan Profil Pelajar Pancasila


Oleh : Indar Cahyanto
Pengajar di SMAN 25 Jakarta,
Pengurus APKS PGRI DKI Jakarta

Wajah keberagaman umat Islam di Indonesia kental dengan nuansa kedekatan antara hamba dengan Sang Pencipta Allah SWT.

Warna kedekatan itu ditandai dengan aktivitas ibadah yang sehari semalam menjalankan sholat lima waktu dan ditambah dengan ibadah sholat sunnah lainnya ataupun ibadah yang lainnya sesuai tuntunan Kitab Suci Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Sholat merupakan ibadah transenden antara mahklukNya dengan Allah SWT yang merupakan kedekatan yang sangat dasyat dan pengakuan akan keimanan kepada Allah SWT.

Sebelum kita sholat terlebih dahulu membersihkan seluruh wajah dengan wudhu. Disitulah filosofi tertinggi kehadiran Manusia sebagai hamba yang beriman kepada Allah SWT. Wudhu adalah cerminan dimana kita membersihkan ruang hati kita mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dimulai dari membersihkan telepak tangan, mulut dengan berkumur, menghirup air ke dalam hidung, membasuh muka, rambut telinga  hingga tapak kaki. Secara tak sadar kita sedang membersihkan najis dan menghapus dosa yang menempel dalam anggota tubuh kita.

Terbentuknya profil pelajar Pancasila untuk siswa muslim salah satunya dengan mengajarkan sholat lima waktu. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Enam ciri utama dapat direfleksikan dengan ajaran sholat, yang merupakan sarana diri sampai sejauh mana manusia sebagai hamba memahami akan kemahabesaran Allah SWT sebagai Sang Pencipta. Dengan sholat dituntun oleh Allah SWT menjadi pribadi yang Insan Kamil dan berakhlak mulia. Sholat merupakan wujud kedekatan seorang hamba yang beriman kepada Allah SWT secara langsung.

Pengertian shalat secara bahasa berarti do’a memohon kebaikan dan pujian. Sedangkan shalat dalam perspektif Fiqih adalah beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan. Kata As-shalah dalam bahasa Arab itu mempunyai dua makna (dua akar kata) yaitu shalla dan washala. Shalla artinya berdo’a, jadi kita memohon atau menyeru kepada Allah. Washala artinya sama dengan shilah yaitu menyambungkan. Jadi shalat itu mempunyai makna adanya ketersambungan kita sebagai hamba dengan Allah.

Di dalam ajaran sholat ada tiga hal yang dapat direfleksikan dalam kegiatan sehari-hari dalam membangun karakter Pertama keimanan, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Shalat diawali dengan berdiri membaca takbir. Pada saat itulah kita melihat ciptaan-Nya dengan memuji kebesaranNya, dan menyadari bahwa Allah lah yang menciptakan alam semesta. Dengan memuji dan memohon kepada-Nya: Hanya kepada-Mu kami mengabdi dan minta pertolongan. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.

Shalat harus diupayakan untuk berkonsentrasin melakukan transendensi, menggapai kesadaran bahwa nilai manusia tidak pada duduk, tidak pada berdiri, tidak pada rukuk dan sujud. Tetapi nilai manusia ada di dalam gerak (perbuatannya). Oleh karena itu, di dalam al-Qur’an kata amanu selalu dirangkai dengan wa amilussholihat (beramal shaleh dengan melakukan gerak yang positif).

Kedua Perbedaan. Didalam sholat diajarkan bhineka atau perbedaan, artinya semua manusia ciptaan Allah SWT yang berbeda warna kulit, bahasa, kekayaan dan golongan semua menghadap Allah SWT. Dengan shalat terutama dalam shalat berjamaah akan berimplikasi terhadap pengakuan persamaan dan perbedaan martabat manusia. Karena dalam shalat berjamaah antara jama’ah yang satu dengan yang lain tidak terdapat perbedaan kecuali beribadah kepada Allah.

Shalat mendidik perdamaian yaitu Perdamaian vertikal berarti sikap tawadu’ dan rutin mengerjakan, melahirkan kedamaian rohani. Ketegangan mental dapat ditiadakan.Sedangkan horizontal berarti perdamaian secara sosial bermasyarakat dengan lapang dada dan tenggang rasa, dan pema’af.

Ketiga, mandiri dengan dispilin waktu, artinya sholat mengajarkan kita untuk taat dan patuh kepada waktu. Karena begitu pentingnya waktu sampai-sampai ada sebuah peribahasa arab Al-waktu kasaif yang artinya waktu bagaikan sebuah pedang. Barang siapa yang tidak menatanya dengan rapih, maka ia akan terbunuh oleh pedangnya tersebut. Maksudnya, waktu akan mematikan seseorang karena tidak bisa menata waktu dengan sebaik-baiknya baik itu dalam hal ibadah ataupun belajar. Peserta didik belajar mandiri untuk mengatur waktunya kapan dia untuk sholat, kapan dia untuk belajar, dan kapan dia untuk bermain.

Terbentuknya pelajar Pancasila dimana peserta didik dapat taat dan patuh terhadap ajaran agamanya. Terutama yang muslim dia taat akan perintah Allah dan Rasulnya untuk menjalankan perintahNya dan menjauhi segala LarangaNya. Ketaatan itu bagian rasa keimanan yang wajib diewajantahkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Iman itu sebagai keyakinan bulat yang dibenarkan oleh hati, diikrarkan oleh lidah, dan dimanifestasikan dengan amalan atau pembenaran dengan penuh keyakinan.

Pengertian Iman juga disebutkan dalam hadits dari Umar bin Khatthab radhiyallahu’anhu, ia berkata pada suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh Malaikat Jibril, Jibril bertanya pada Rasulullah, Artinya: “Beritahukanlah kepadaku apa itu iman”. Rasulullah menjawab, “Iman itu artinya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim).

Ketetapan tersebut disebutkan dalam firman Allah QS An Nisa ayat 136 yang berbunyi, Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan kepada kitab (Al Quran) yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”.

Profil pelajar Pancasila diejawantahkan dalam setiap kata dan perbuatan yang tak boleh melanggar norma-norma dan nilai-nilai Agama dan masyarakat. Ketika peserta didik taat akan menjalankan ajaran agama Islam untuk taat sholat lima waktu pasti dalam hidupnya terpancar aura positif, dan hidupnya akan selalu tentram, serta akan berpengaruh terhadap pola belajar dan pola hidup lainnya yang terbiasa diatur dengan waktu sholat.

Contoh akan terlihat ketika berangkat sekolah dipagi hari ketika seorang peserta didik tepat waktu dalam melaksanakan sholat shubuh ada indikasi pasti berangkat sekolahnya tidak akan telat masuk sekolah. Peserta didik pun akan selalu berhati-hati dalam bertutur kata dan selalu disiplin dalam kegiatan belajar mengajarnya. Bahkan peserta didik tak kan pernah lalai dalam mengerjakan tugas sekolahnya.

Pelaksanaan pembentukan profil pelajar Pancasila pada sisi yang lain butuh contoh dari Orangtua dan guru pada utamanya. Menurut Ki Hajar Dewantara, metoda keluarga yaitu laku pengajaran yang praktisnya mudah dilakukan setiap orang yang pandai membaca untuk dipakai tiap-tiap orang dalam keluarga. Karena tiap-tiap rumah menjadi perguruan, dan tiap-tiap orang pandai menjadi pengajar. Begitulah keluarga dalam hal peran orangtua menjadi dominan dalam terbentuk profil pelajar Pancasila.

Kemudian sekolah yang menjadi rumah ke dua dari peserta didik dalam membangun karakter dan intelektualnya. Pimpinan sekolah bersama dewan guru memberikan rasa nyaman bagi kepada peserta didik. Sehingga proses interaksi bisa berjalan secara simultan, sinergi dan kolaborasi antara guru dengan peserta didik, guru dengan pimpinan sekolah dan sesama warga sekolah saling menjaga ucapan dan perilaku.

Sekolah yang merdeka berarti sekolah yang menyenangkan buat semuanya dan menjadi taman bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan. Sekolah memberikan ruang untuk giat dan diskusi buat warga sekolah semuanya untuk saling membangun tali asah, tali asih dan tali asuh. Sekolah menjadi rumah ke dua untuk mewujudkan ragam belajar sepanjang hayat dan pembentukan jiwa sesuai keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT.

By Tim Redaksi

Tinggalkan Balasan

Berita Menarik Lainnya