“Kalau sukses jangan sendiri saja, tapi bagaimana dari usaha yang kita bangun bisa membantu masyarakat mendapat penghasilan. Tren usaha saat ini harus menerapkan bisnis kolaborasi agar sama-sama mendapat manfaat ekonomi. Semangat saya adalah melalui bisnis yang saya bangun bisa membantu warga yang sulit ekonomi di tengah pandemi.”
Pewarta : Nurul Ikhsan | Editor : Jamaludin Al Afghani
Kuninganpos.com – Di tengah pandemi banyak pengusaha sekala kecil menengah terpaksa harus menutup usahanya. Ditutupnya usaha karena daya beli konsumen yang terus merosot sementara bahan baku terus meroket naik, bahkan modal usaha akhirnya ikut tergerus. Namun, seorang pengusaha muda kelahiran Kuningan, Dudi ‘Dabloe’ Sudrajat secara perlahan mampu bangkit dan sukses merintis usaha dengan berjualan telor.
Dudi menamai merek dagangnya Dabloe Telor. Penamaan Dabloe memang sedikit nyeleneh. Dikatakan Dudi, pemakaian nama Dabloe karena dirinya sering di panggil orang dengan sebutan Dabloe. Dabloe merujuk ke fisik badannya yang tinggi besar. Bahkan penamaan kata Dabloe menurutnya membawa keberuntungan bagi usaha telor yang dirintisnya.
Dabloe Telor fokus usahanya sebagai distributor telor. Ia memusatkan lokasi kantor dan gudang usaha telornya di Kota Cimahi. Memilih Kota Cimahi, dikatakan Dudi agar bisa menjangkau wilayah pemasaran telor se wilayah Bandung raya meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi, karena menurutnya pasar telor di wilayah Bandung raya memiliki prospek cukup bagus. Di wilayah Bandung raya sendiri dikenal banyak terdapat usaha produksi kuliner, yang sebagian bahan bakunya menggunakan telor.
Sebelum membuka usaha, dituturkan Dudi, ia terlebih dahulu melakukan riset pasar. Setiap daerah ia kunjungi untuk menjajaki dan pengetahui seberapa besar permintaan telor dari kalangan pedagang. Ia juga mendatangi warung rumahan, kios dan agen telor di pasar-pasar, warung koperasi, juga mendatangi pelaku usaha produksi kue. Selama melakukan survey, ia mulai mencatat permintaan telor dan mengajak kerjasama konsinyasi pemasaran telor.
Langkah riset tersebut menurutnya sangat efektif sebagai bahan ia menyusun rencana bisnis telornya. Artinya, ia bisa memulai memasarkan telor setelah terlebih dahulu adanya permintaan. Setelah data pemesanan didapat, selanjutnya ia mulai mencari mitra suplayer telor. Ia berkeliling daerah hingga ke wilayah Jawa Timur, tepatnya ke Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang. Dikatakan Dudi, kualitas telor terbaik dihasilkan dari kelompok peternak ayam petelor di Blitar dan Malang.
Kualitas telor tentunya menjadi perhatian penting bagi Dudi dalam membuka usaha distributor telor. Ia tak ingin mengecewakan konsumen, terutama pelanggan dari pengusaha kue yang menggunakan bahan baku telor. Semua telor yang ia jual terjamin kualitasnya dan layak dikonsumsi oleh konsumen.
Dijelaskan Dudi, telor yang yang ia jual memiliki cangkang yang tebal, permukaan cangkang yang halus dan berwarna pekat dan cerah, bagian kuning telornya bulat padat berwarna orange/kuning, lapisan putih telurnya tebal dan kental, dan bobot 40-50 gram per butir. Sebelum dijual, setiap telor disortir agar tidak tercampur dengan telor yang sudah busuk atau kadaluarsa.
Tak membutuhkan waktu lama, kini setiap harinya Dabloe Telor mampu menjual lebih dari 2 ton telor. Penetrasi bisnisnya terus bergerak cepat. Permintaan telor setiap harinya terus berdatangan dari pedagang warung rumahan, agen telor dan pengusaha kue. Guna memenuhi permintaan, ia mentargetkan perputaran telor per 3 hari sebanyak 4,8 ton.
Selain mengirim telor sesuai permintaan ke pelanggan, ia juga menerapkan pemasaran telor dengan sistem menggelar lapak jongko. Lapak jongko ia sebar di ruas-ruas jalan strategis, dan di pasar-pasar di wilayah Bandung raya hingga ke Kabupaten Sumedang. Ia juga rutin membuka lapak jongko di pasar-pasar tumpah yang digelar setiap hari minggu pagi. Bahkan lapak jongko telor ia gelar di lokasi-lokasi pelaksanaan vaksinasi. Setiap lokasi jongko mampu menjual lebih dari 90-150 kilogram telor. Dibukanya lapak jongko, ungkap Dudi, agar perputaran modal dan keuntungan bisa berjalan setiap hari, ditengah ketatnya persaingan pemasaran telor.
Dengan membuka lapak jongko, ia juga bisa membantu masyarakat mendapat penghasilan dengan memberi modal usaha untuk membuka lapak jongko telor. Melalui lapak jongko, Dudi membuka kesempatan kepada masyarakat secara perorangan atau bentuk kelompok bisa menjual telor darinya dengan sistem konsinyasi, atau sebagai reseler.
Saat ini sudah banyak yang bergabung di Dabloe Telor sebagai pengelola lapak jongko telor. Ia menyiapkan semua perlengkapan, antara lain biaya sewa lokasi, alat timbangan digital, kantong plastik, meja dan telor. Penjual tinggal duduk manis melayani konsumen, dan bisa mendapat keuntungan Rp 90-150 ribu setiap harinya. Jika dikalikan satu bulan, mitra kerja di lapak jongko Dabloe Telor bisa menghasilkan 2,5-4,5 juta rupiah. Penghasilan yang didapat tentunya sangat membantu kebutuhan ekonomi di tengah pandemi.
“Kalau sukses jangan sendiri saja, tapi bagaimana dari usaha yang kita bangun bisa membantu masyarakat mendapat penghasilan. Tren usaha saat ini harus menerapkan bisnis kolaborasi agar sama-sama mendapat manfaat ekonomi. Semangat saya adalah melalui bisnis yang saya bangun bisa membantu warga yang sulit ekonomi di tengah pandemi,” tutur Dudi kepada Nurul Ikhsan dari Kantor Berita Kuningan (Kuninganpos.com), Jumat (15/10/2021).
Diterangkan Dudi, saat ini Dabloe Telor juga siap menerima permintaan pengadaan telor untuk Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH) dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat khususnya di Kabupaten Kuningan, tanah kelahirannya sendiri. Selain program Bansos PKH, Dabloe Telor siap memenuhi permintaan telor untuk program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), yaitu bantuan sosial pangan dalam bentuk non tunai dari pemerintah yang diberikan kepada KPM setiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan hanya untuk membeli bahan pangan di pedagang bahan pangan/e-warong yang bekerjasama dengan bank.
Diceritakan Dudi, berhasilnya ia membangun usaha berjualan telor saat ini tentunya telah melalui proses yang panjang. Dudi belajar dari sebelumnya beberapa kali gagal merintis usaha. Ia pernah menjalani bisnis sayur-sayuran dan buah-buahan, merintis usaha bidang jasa konstruksi sebagai pemborong, dan beberapa usaha lainnya yang selalu berakhir dengan kegagalan, hingga akhirnya pernah mengalami hidup tanpa pekerjaan yang pasti. Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari ia pernah bekerja serabutan, dan aktif membantu beberapa organisasi masyarakat di Kabupaten Kuningan membuat program pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Perjalanan hidup tentunya memberi kita banyak pelajaran bagaimana kita harus tetap bersemangat dan tak putus berikhtiar dan berdoa kepada maha pemilik kehidupan dan kematian, Allah SWT. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Insya Allah, semoga Dabloe Telor bisa terus berkembang dan dapat membantu ekonomi masyarakat,” pungkas Dudi. (Nuris)