Ayo Bantu Desy, Warga Kuningan yang Mengidap Kanker Ganas

Pewarta : Nurul Ikhsan | Editor : Jamaludin Al Afghani

Kuninganpos.com – Desy Noor Anggraeni, wanita kelahiran Kuningan saat ini tengah berjuang keras agar bisa sembuh dari penyakit kanker ganas yang sedang dideritanya. Hasil diagnosa oleh tim dokter, Desy divonis mengidap penyakit Karsinoma Nasofaring Sinistra type 3.

Penyakit yang tergolong ganas ini sudah Desy derita sejak November 2019, namun gejalanya sudah mulai dirasakan Desy sejak pertengahan Juni 2019 lalu. Berbagai usaha penyembuhan sudah dilakukan, termasuk wanita single parent dengan dua anak ini harus menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Ken Saras, di Semarang, Jawa Tengah.

Kepada Kantor Berita Kuningan (Kuninganpos.com), Desy menceritakan, awalnya dilakukan diagnosa melalui tahapan CT Scan dan cek darah di Rumah Sakit Taipei City Hospital di negara Taiwan. Setelah hasil diagnosa keluar selanjutnya dilakukan biopsi. Hasil biopsi, ia divonis mengidap kanker yang tergolong ganas dan beresiko kematian. Dokter di Taiwan menganjurkan agar segera dilakukan tindakan medis lebih lanjut dan melakukan kemoterapi.

Rumah Sakit Taipei City Hospital di Taiwan. Foto: Kuninganpos.com/Desy

Setelah melakukan diagnosa awal di rumah sakit di Taiwan, atas bantuan pendampingan dari organisasi Buruh Migran Indonesia (BMI) akhirnya Desy bisa pulang ke Indonesia. Setelah sampai di Indonesia, lalu Desy dirujuk untuk dirawat di Rumah Sakit Ken Saras di Semarang, Jawa Tengah. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo turut membantu proses Desy mendapat fasilitas kesehatan BPJS agar bisa dirawat di Rumah Sakit Ken Saras. Gubernur Ganjar sendiri sangat menaruh perhatian besar terhadap penyakit yang diderita oleh Desy, dan agar Desy bisa menjalani perawatan terbaik di RS Ken Saras yang dikenal memilik fasilitas lengkap dan berstandar internasional.

Dikutip dari laman RS Dr. Sardjito yang ditulis oleh Camelia Herdini, Sp.THT, M.Kes dari KSM THT-KL-RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Karsinoma adalah kanker yang berasal dari sel-sel epitel dinding dalam dan luar nasofaring. Nasofaring sendiri berada di atas tenggorokan (faring) yang letaknya di belakangan hidung.

Hasil CT Scan penyakit kanker yang diderita Desy. Foto: Kuninganpos.com/Desy

Nasofaring berbentuk seperti sebuah kotak berongga dan terletak dibagian lunak atap mulut (soft palate) dan terletak di belakang hidung. Menurut American Cancer Society, Karsinoma Nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang paling sering tumbuh di daerah nasofaring.

Secara umum, kanker nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Di bagian THT, kanker nasofaring merupakan keganasan paling banyak atau tertinggi yang banyak mengenai laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 3:1 atau 2,5:1. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor etiologi seperti merokok, alkoholisme, genetik, polusi, asap pembakaran, konsumsi makanan yang dibakar, makanan yang diawetkan dengan cara diasinkan, diasap, ataupun formalin dan adanya Epsteinbar Virus (EBV) atau virus yang bisa ditemukan di daerah nasofaring yang berhubungan langsung dengan kanker nasofaring.

Dituturkan Desy, dampak dari penyakit Karsinoma Nasofaring Sinistra type 3 yang dideritanya ia sering mengalami mimisan darah terus menerus yang keluar dari hidung, dan sesak nafas. Penyakitnya juga menjadikan suara menjadi sengau, dan telinga dibagian sebelah kiri sudah tidak bisa mendengar dengan jelas. Saat ini dua benjolan getah bening telah tumbuh di kedua bawah telinga. Ia juga sering mengalami sakit kepala hebat, yang awalnya sakit kepala di bagian atas telinga, namun kini sakit kepala sudah menjalar hingga bagian atas kening. Saat menunduk ia merasakan sakit dibagian mata. Ia merasakan matanya seperti terbetot keluar.

Desy dalam perawatan saat kemoterapi. Foto: Kuninganpos.com/Desy

Sesuai anjuran dari dokter, Desy harus rutin meminum obat dan melakukan kemoterapi. Sekian puluh kali melakukan kemoterapi kini kepalanya tak lagi berambut. Selain obat dari resep dokter, Desy juga mengkonsumsi obat herbal untuk vitamin dan pereda rasa nyeri. Dikatakan Desy, obat herbal cukup membantu meredakan rasa sakit, namun harga obat herbal dirasa sangat mahal ditengah keterbatasan uang yang ia miliki saat ini.

“Obat herbal sangat membantu meredakan rasa sakit. Tapi harganya sangat mahal bagi saya yang sedang susah ekonomi. Harga sekali beli obat herbal bisa satu juta rupiah lebih,” ungkap Desy.

Saat ini Desy terus menjalani kemoterapi. Ia menjalani kemoterapi dalam 1 siklus sebanyak 6 kali yang dilakukan setiap 20 hari sekali selama 6 kali. Setelah mengikuti perawatan intensif, saat ini Desy sudah tidak dirawat lagi di rumah sakit. Hanya saat kemoterapi ia dirawat satu malam. Kini ia hanya menjalani check up untuk memantau perkembangan penyakit kanker yang dideritanya. Namun, walau sudah menjalani kemoterapi secara rutin, dikatakan Desy, penyakit kanker yang ia derita kembali aktif lagi.

Saat menjalani perawatan medis, seluruh biaya ditanggung dengan fasilitas keikutsertaan BPJS. Namun ada tindakan medis dan obat yang tidak ditanggung oleh fasilitas BPJS, dan Desy harus pontang-panting mencari uang untuk menutupinya. Ia juga harus mencari uang untuk membeli obat-obat herbal, memenuhi biaya hidup, membayar sewa kos rumah di Salatiga, dan harus mendapatkan uang agar bisa menafkahi kedua buah hati tersayangnya, ditengah ketidakberdayaan secara fisik yang sebagian organ tubuhnya telah dilumpuhkan oleh penyakit kanker ganas yang dideritanya.

Selama menjalani perawatan di Jawa Tengah, kedua anaknya kini tinggal dan diasuh oleh ibu di rumahnya di Dusun Manis RT 5 RW 2 No. 240, Desa Kramatmulya, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan. Ibunya sendiri sudah sepuh dan sering sakit-sakitan ikut membantu Desy menafkahi buah hatinya.

Penyakit kanker ganas yang sudah menggerogoti fisik hampir 2 tahun tersebut tak menyurutkan mental dan semangat Desy untuk terus bangkit melawan dan berikhtiar agar bisa sembuh. Walau terkadang muncul rasa lelah yang kuat menghadapi derita penyakitnya.

Ia juga merasa sedih harus terpisah dari kedua anaknya. Anaklah yang membuatnya ia terus bersemangat. Ia juga tidak mau menghitung hari ajal menjemput dengan sikap pasrah menghadapi penyakitnya. Desy tetap harus menguatkan dirinya dan memberi keyakinan kepada kedua buah hatinya bahwa penyakit yang ia derita bisa sembuh.

”Kata dokter di Taiwan, penyakit kanker yang saya derita ini hanya bisa bertahan 5 tahun terhitung sejak tahun 2019 saat awal diagnosa. Namun saya optimis saya harus bisa sembuh dan kembali normal menjalani hidup dengan fisik sehat. Allah SWT maha penyembuh,” tutur Desy.

Tak putus Desy berdoa memohon kesembuhan kepada sang maha pemilik kehidupan dan kematian, Allah SWT. Dukungan dari keluarga dan orang-orang terkasih dirasakan Desy sangat membantu menguatkan semangat dirinya dalam menjalani proses penyembuhan. Ia berkeyakinan, tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Desy juga menerima dengan ikhlas derita penyakitnya sebagai cobaan yang sudah Allah SWT gariskan dalam hidup dan kehidupannya. Ia memetik hikmah dan menjadi pelajaran akan pentingnya bersabar, bersikap ikhlas, semangat berikhtiar dan menerapkan pola hidup sehat.

Membuat Kerajinan Tangan untuk Menafkahi Keluarga

Desy dikaruniai dua orang anak, Qatar Rizky Anggana (20 tahun), dan Amelia Agustin (10 tahun). Sebagai orang tua, tentunya Desy ingin kedua anaknya tumbuh dengan sehat dan kelak menjadi anak yang berhasil dalam pendidikan dan karirnya, walau kini ia harus dihadapkan dalam kondisi tengah sakit, sementara kewajiban orang tua harus melindungi, menafkahi, memberi pendidikan yang cukup, dan membimbing kedua anaknya.

”Anak-anak saya harus bisa terus sekolah. Tentunya mereka butuh biaya dan butuh mendapat bantuan untuk pendidikan dan kebutuhan sehari-hari mereka,” tutur Desy.

Dikatakan Desy, pihak Yayasan Cancer Support Kuningan (CSK) sering memberikan bantuan sembako dan uang jajan untuk kedua anaknya dan ibunya.

Di dalam kondisi fisiknya yang lemah, Desy tetap bersemangat berikhtiar mencari nafkah dengan memproduksi dan menjual hasil kerajinan tangan yang dibuatnya sendiri. Lebih dari 20 jenis kerajinan tangan berhasil Desy buat.

Desy membuat kerajinan berbahan material dari daun pandan kering yang dianyam sangat rapih, yang di padu padan dengan batok kelapa yang sudah dihaluskan, kain bermotif batik dan kain bermotif renda berhasil ia rangkai menjadi ragam karya kerajinan tangan yang indah, berkualitas dan berkelas.

Produk kerajinan tangan yang ia buat antara lain kotak tissu, wadah gelas air mineral, kotak untuk bingkisan kado, vas bunga, alas meja, berbagai jenis dan ukuran kantong barang, toples makanan, dan banyak jenis kerajinan lainnya yang berhasil Desy buat dengan rapih dan sangat detail. Desy tak mematok harga mahal untuk setiap karya kerajinannya. Ia berharap keuntungan yang didapat bisa mengembalikan modal kerja, bisa menafkahi kedua buah hati tercinta, dan membantu ibunya yang sudah sepuh dan sering sakit-sakitan.

Ia membuat setiap karya kerajinannya dengan sepenuh hati, karena hanya dari memproduksi kerajinan tangan inilah ia bisa menafkahi keluarga kecilnya. Desy berharap dan sangat senang hati jika ada pihak-pihak yang mau bersedia membantu menjual dan memberikan modal kerja agar ia bisa terus memproduksi barang-barang kerajinan.

”Tak hanya sebagai sumber nafkah, membuat kerajinan membantu saya mengalihkan fikiran dari penyakit yang saya derita. Membuat kerajinan tangan saya jadikan terapi, dan saya orangnya tidak bisa diam dan menyerah dengan kedaan yang sesulit apapun,” ungkap Desy.

Ayo Bantu Ibu Desy

Kita bisa mengambil hikmah dan belajar dari kegigihan dan kesabaran dari sosok perempuan tangguh, dan seorang ibu yang terus bersemangat menjalani hidup dan kehidupanya ditengah rasa sakitnya yang hebat. Bahkan penyakit yang diderita Desy, ia harus dihadapkan dengan resiko kematian.

Kantor Berita Kuningan mengajak warga Kabupaten Kuningan bergotong royong membantu Ibu Desy dengan menyisihkan sebagian rezekinya agar Ibu Desy bisa membiayai penyembuhan penyakit kanker ganas yang dideritanya, menafkahi kedua anaknya yang sudah yatim, dan bisa terus berkarya membuat kerajinan tangan sebagai satu-satunya sumber penghasilan Ibu Desy untuk bisa menafkahi keluarga kecilnya.

Kantor Berita Kuningan juga mendorong Pemerintah Kabupaten Kuningan untuk memasukkan keluarga Ibu Desy bisa mendapat bantuan sosial dan modal kerja untuk usaha kerajinan tangannya.

Bantuan dan pemesanan barang kerajinan bisa langsung diberikan kepada Ibu Desy melalui kontak pribadinya: 0812 2971 3913, Rekening BCA 0131-520-777 An. Desy Noor Anggraeni. (Nuris)

___
Berita menarik lainnya di KuninganTV :

Liputan KuninganTV : Pengusaha Bapak Carsim Cahyadi berhasil membangun usaha Tape Ketan dengan merek dagang Pamella yang sudah tersohor hingga ke luar wilayah Kabupaten Kuningan. Usaha Tape Ketan Pamella yang dirintis sejak tahun 1996 dari rumah pribadinya di Desa Tarikolot, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan juga telah berhasil mengangkat kuliner unggulan dari Kabupaten Kuningan.
By Nurul Ikhsan

Kang Ikhsan, biasa kolega pria kelahiran Kuningan ini dipanggil. Masa remajanya dihabiskan di Kota Cirebon saat ia menempuh pendidikan SMA di kota udang. Sekolah SD dan SMP diselesaikan di Kuningan. Saat SMA, pria humoris dan bageur ini sudah menyukai dunia tulis menulis. Di sekolahnya Kang Ikhsan aktif dalam club menulis dan mengelola majalah dinding (mading). Kecintaan dengan dunia Jurnalistik ia lanjutkan saat kuliah di Jakarta dengan aktif di pers kampus sebagai pemimpin redaksi tabloid kampus pada tahun 1997. Ia juga mendirikan Lembaga Pers Mahasiswa dan Radio Kampus (LEMAPKA) yang anggotanya adalah Organisasi Pers Kampus se Jabodetabek. Pendirian LEMAPKA menurutnya sebagai organ perjuangan untuk mendukung gerakan mahasiswa saat menumbangkan rezim orde baru, hingga kejatuhannya Presiden Suharto. Ia juga aktif di organ gerakan mahasiswa yang tergabung di Forum Komunikasi Senat Mahasiswa se DKI Jakarta (FKMSJ). Beberapa kali mendapat penugasan sebagai jenderal lapangan (Jenlap) memimpin ribuan mahasiswa dari berbagai kampus turun ke jalan menyuarakan gerakan reformasi hingga menduduki Gedung DPR RI. Tak jarang ia menjadi buruan intel dan berurusan dengan Intelpam Polda Metro Jaya karena seringnya memimpin gerakan aksi demonstrasi mahasiswa secara besar-besaran. Sejak masih mahasiswa, Kang Ikhsan bekerja di beberapa media cetak nasional. Selepas menyelesaikan kuliah, Kang Ikhsan masih bekerja aktif di beberapa media nasional koran, majalah dan radio di Jakarta. 20 tahun ia masih mencintai dan aktif menekuni profesi jurnalisnya hingga saat ini memimpin redakasi di Kantor Berita Kuningan (KBK) yang menaungi Kuninganpos.com, Kuninganhits.com, Fajarkuningan.com, Kuningantoday.com, dan KBK Kelas Jurnalistik, serta beberapa media online nasional lainnya.

Tinggalkan Balasan

Berita Menarik Lainnya