Kendalikan Wereng Dengan Buah Sirih Hutan, Petani Kedokanbunder Wetan Jadi Percontohan Nasional

Pewarta : Jamaludin Al Afghani | Editor : Nurul Ikhsan

Kuninganpos.com, Indramayu – Keren. Itulah kata yang tepat untuk dedikasi dan inovasi yang terus dilakukan oleh Kelompok Tani Sri Trusmi Satu Desa Kedokanbunder Wetan, Kecamatan Kedokanbunder, Kabupaten Indramayu.

Kelompok Tani (Poktan) yang diketuai oleh Waklan ini, ternyata mampu mengembangkan inovasi untuk menekan Wereng Batang Cokelat (WBC) di lahan pertanian di desanya. Uniknya lagi, Waklan memberantas hama tidak dengan insektisida, melainkan dengan Buah Sirih Hutan (Piper aduncum L).

BACA JUGA : Gedung PGRI Jadi Lokasi Tes SKD CPNS Indramayu

Tentu saja inovasi Waklan ini menggegerkan semua pihak, khusunya petani. Cukup dengan Buah Sirih Hutan, WBC kabur tunggang langgang. Ya. Para petani telah menggunakan agen hayati untuk mengendalikan Wereng Batang Cokelat tanpa menggunakan pestisida.

Waklan menjelaskan, efektifitas penggunaan Buah Sirih Hutan untuk pengendalian WBC di lahan pertanian di desanya tersebut bisa mencapai 70 persen. Dengan efektifitas ini, maka tanaman padi bisa terselematkan dari gangguan wereng dan secara otomatis meningkatkan produktivitas tanaman padi.

BACA JUGA : Rumah Bilik Mau Roboh Luput Dari Program Bantuan Sosial Pemerintah

“Alhamdulilah Buah Sirih Hutan cukup efektif dalam penanganan wereng ini. Dampaknya padi semakin meningkat karena gangguan wereng dapat diminimalisir,” kata Waklan.

Sementara itu Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI, Takdir Mulyadi yang hadir langsung mengatakan, pihaknya terus menggenjot berbagai inovasi yang terus dilakukan oleh para petani dalam peningkatan produktivitas padi dengan menekan laju organisme penganggu tanaman.

BACA JUGA : Tips Mendaki Gunung Ciremai Bagi Pemula

Kelompok Tani Sri Trusmi ini konsisten dalam melakukan inovasi agen hayati dan sudah dirasakan manfaatnya saat ini.

Sementara itu Camat Kedokanbunder Andri M. Shaleh mengatakan, pihaknya sangat bangga karena kelompok tani tersebut pernah menjadi yang terbaik pada tingkat nasional.

Selain itu, kelompok tani tersebut juga telah mempunyai laboratorium yang sangat modern yang merupakan bantuan dari Pertamina.

“Kita bersyukur punya kelompok tani yang mengembangkan inovasi untuk menekan laju organisme pengganggu tanaman dengan berbahan dasar hayati. Apalagi ini menjadi percontohan nasional,” tegas Andri. ***

By Jamaludin Al Afghani

Tinggalkan Balasan

Berita Menarik Lainnya